मित्रानोजर तुम्ही रिच डैड पुअर डैड मराठी PDF Free Download करणार असाल तर खाली दिलेल्या डाउनलोड लिंक वरती क्लीक करून तुम्ही Rich Dad Poor >Dad Marathi PDF Free Download करू शकता.
Adminblog Berbagai Buku 01 February 2019 juga mengumpulkan gambar-gambar lainnya terkait ringkasan buku rich dad poor dad dibawah ini. Essay Services Recagno Informatica Write Reviews For Wink Books Gambar Dari : Review Buku Rich Dad Poor Dad. Gambar Dari : carajadikaya.com. Rich Dad S Guide To Becoming Rich Without Cutting Up Your Credit
RichDad Poor Dad-Robert Kiyosaki. Ini buku rekomendasi pertama ane. Ane beli buku ini di Gram*dia karena ane waktu itu lagi tergila-gila investasi dan nyari cara supaya ane bisa memanage keuangan ane sewaktu jadi mahasiswa. Ane awalnya ga tertarik sama buku ini tapi setelah di baca dan di renungi banyak realita miris sehari-hari yang terjadi
Fast Money. Silahkan Login untuk menulis review Masdaf 354 Rated it 2 years agosaya ambil kutipan "Hindari dan jauhi gaya hidup konsumtif", jika semua org tidak konsumtif dan gaya hidup minimalis, bagaimana nasib para pembisnis gadget,mobil,motor,jam tangan dll. ada yg bisa bantu meluruskan? haha Ilham Raspati 02 Jul 2020 Tenang kaka... hehe, bawaan alamiah manusia suka memiliki barang baru dan bagus, jadi tetap aja akan banyak yang suka belanja barang konsumtif. Jangan khawatirin para pebisnis... Kebalikan orang yg hidup konsumtif adalah orang yang sedang berinvestasi, ia akan tetap belanja tapi barang yang bernilai jangka panjang seperti properti, tanah, surat berharga, dll Angie Li 04 Jul 2020 Setuju sama ilham, gunakan uang untuk membeli barang yang produktif dan membutuhka, bukan barang konsumtif sekali habis dan karena keinginan Angie Li Rated it 2 years agoBuku ini sangat booming di awal tahun 2000an, idenya yang fresh dibandingkan buku financial yang ada saat itu yang membuat buku ini menarik perhatian banyak orang. Coba deh siapa aja yang belum pernah baca buku ini, sempetin beli atau pinjem buku ini, kita akan kebuka pikiran apa yang salah selama ini, kemudian kita diperkenalkan dengan konsep dasar keuangan seperti aset, utang, cash, dll.
Anda sudah pernah membaca buku ini? Sekalipun belum pernah membaca, kami hampir yakin anda sudah pernah mendengar judulnya. Buku yang tulis oleh Robert T. Kiyosaki ini memang terhitung sangat baik untuk dibaca oleh siapa saja dari anda yang ingin mendapatkan inspirasi hidup terutama dalam bidang finansial. Bila mau jujur, anda barangkali akan merasa bosan pada bagian awal buku karena seperti berat dan memang jarang diberikan gambar. Penulisnya hanya mencantumkan beberapa diagram dan kata, serta istilah-istilah yang sering digunakan dalam investasi atau akuntansi. Namun pada lembar-lembar berikutnya anda akan semakin tertarik dan mengamini setiap gagasan finansial yang disampaikan penulisnya. Berikut akan kami ceritakan sedikit soal buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini bercerita mengenai pertentangan dua prinsip dalam pengaturan dan rencana finansial, yang berarti hidup itu sendiri. Ayah di sini bukanlah semata-mata sosok yang berbeda, tetapi merupakan sosok yang mewakili dua cara pandang yang berbeda. Inspirasi “Rich Dad Poor Dad” ini kemudian memang berawal dari pengalaman pribadinya yang berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahnya adalah seorang guru yang pekerja keras, pendidikan tinggi, berdaya juang menjulang, tekun, dan patuh pada pemerintah. Kendati begitu, keluarganya selalu merasa pendapatan bulanan yang diperoleh itu pas atau sesekali kurang. Dia kemudian bertemu dengan temannya bernama Mike. Dia punya ayah yang seorang pengusaha dengan beragam bisnis, pendidikan tidak tinggi, sama-sama pekerja keras, dan dari hari ke hari kekayaannya kian bertambah. Ayah kandungnya ini mewakili “Poor Dad”, sedang ayah Mike mewakili “Rich Dad.” Kisah ini berawal ketika Robert berusia 6 tahun, sama dengan Mike. Mereka berdua mendapat perlakuan diskriminatif dari teman-teman sekelasnya. Mereka tidak diajak berlibur bersama karena dianggap miskin. Robert tertohok dengan perlakuan ini lalu mereka berdua mencari tahu bagaimana cara untuk mendapatkan sejumlah uang. Pertama-tama Robert bertanya kepada ayah kandungnya. Apa jawabnya? Selalu dan selalu ayah Robert memintanya untuk sekolah yang rajin demi mendapatkan nilai yang baik. Nilai baik itu lalu digunakan sebagai syarat masuk kerja pada perusahaan besar yang mampu menyejahterakan karyawannya dengan memberikan gaji yang besar pula. Jawaban itu rupanya tidak memuaskan dirinya sendiri. Dia merasa sekolah atau pendidikan formal tidaklah membentuk orang memiliki kecerdasan finansial. Padahal kecerdasan—yang tidak diajarkan di sekolah tadi—justru kemampuan yang sangat dibutuhkan seseorang untuk tetap bisa menghidupi hidupnya. Sekolah formal justru cenderung menjadi pabrik yang mencetak karyawan-karyawan yang tunduk pada perusahaan. Dia lantas bertanya kepada ayah Mike yang adalah seorang pengusaha. Ayah Mike mengatakan mereka harus mengambil risiko dengan membangun usaha. Untuk awalan, dia memberinya alternatif dengan menyuruhnya bekerja pada swalayan miliknya setiap hari Sabtu selama 3 jam, dengan bayaran 10 dolar per jam. Mereka menyanggupi tawaran tersebut, meski bayarannya tidak banyak. Uang dengan jumlah tersebut hanyalah cukup untuk membeli sebuah komik saja. Padahal pengorbanannya cukup besar, mereka tidak bisa bersenang-senang bermain baseball karena harus bekerja. Awalnya mereka bekerja dengan semangat. Namun lama kelamaan mereka menjadi malas dan berniat untuk berhenti bekerja, karena uang yang mereka terima rupanya tidak cukup banyak. Ketika mereka akan menyampaikan niatan tersebut, ayah Mike justru bertindak di luar dugaan. Pertama-tama dia mengkritik sikapnya yang “karyawan banget.” Bagai kutu loncat, mereka pindah dari perusahaan satu ke perusahaan lain untuk mendapatkan gaji yang lebih besar. Padahal seiring kenaikan pendapatan, pengeluaran juga akan makin naik. Jika dikondisikan dengan sekarang, pasti ada kebutuhan untuk gadget, pulsa, berbagai macam cicilan, dsb. Ide berbisnis bisa dimulai dari mana saja, termasuk “bekerja tanpa mengharapkan uang.” via Lalu ayah Mike memintanya melakukan hal yang tak disangka-sangka. Dia menahan Robert dan Mike; tidak mengijinkan mereka berhenti dari pekerjaan itu. Malah, dia meminta mereka untuk bekerja tanpa dibayar. Ya, mereka tidak diijinkan keluar dan justru diminta tetap bekerja dengan tanpa bayaran. Didorong oleh rasa penasaran, akhirnya mereka menjalani apa yang diminta oleh ayah Mike. Mereka tetap bekerja di hari Sabtu selama 3 jam, melewatkan waktu bermain mereka bersama teman-teman. Sampai suatu saat mereka menemukan gagasan untuk menyewakan komik yang belum laku. Kebetulan memang ada komik lama yang belum laku, yang hanya teronggok di sudut ruangan. Dari pengalaman inilah Robert lalu menemukan dirinya. Dia menemukan apa yang selama ini dicari. Ketika mereka bekerja tanpa mengharapkan dibayar, gagasan cemerlang bisnis justru mendatangi mereka. Itu baru satu hal saja, mengenai gagasan bisnis yang bisa saja muncul dari beragam situasi, termasuk ketika bekerja tanpa mengharapkan bayaran. Hal ini tentu saja menginspirasi kita untuk tetap berjuang membangun bisnis kita guna mendapatakan kehidupan finansial yang lebih baik. Bukannya menjadi karyawan itu buruk. Hanya saja kita tidak bisa dong terus-terusan menjadikan pekerjaan kita itu sebagai satu-satunya pegangan hidup kita. Kita sudah bekerja keras pagi sampai sore, atau bahkan kadang sampai malam, selama bertahun-tahun untuk mendapatkan pemasukan plus uang lembur yang tidak seberapa. Kita tentu mengharapkan kenaikan gaji karena kerja keras dan loyalitas kita kepada perusahaan. Ada dua jalan menuju ke sana memohon-mohon kepada atasan untuk menaikkan gaji atau pindah ke perusahaan lain yang menawarkan gaji yang lebih besar dari perusahaan sebelumnya. Belum lagi bila harus dihadapkan pada konsep kebebasan finansial. Robert T. Kiyosaki menuliskan soal kebebasan finansial ini sebagai kondisi yang tidak dapat diraih jika tidak ada perubahan besar dalam hidup kita. Masalahnya memang perubahan itu tak mudah dilakukan lantaran sudah menjadi semacam budaya, yang orang akan aneh kalau tidak melakukannya. Salah satunya adalah ketika orang sudah mulai merangkak ke kondisi finansial yang lebih baik, mereka mulai membeli aset. Aset atau Liability?Membangun aset adalah langkah cerdas yang bisa anda terapkan untuk membangun kekayaan. via Selama ini yang dipahami oleh banyak orang adalah aset itu adalah rumah, mobil, serta barang-barang mewah yang bisa dibeli ketika seseorang sudah naik status’ karena gaji yang diterimanya. Gaji yang mereka terima tiap bulannya lalu digunakan untuk membayar pajak, cicilan mobil dan rumah, premi asuransi, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Yang perlu digaris bawahi adalah teorinya benar, tetapi praktiknya yang harus diluruskan. Benar bahwa kita harus memiliki aset untuk membuat uang yang datang kepada kita dari waktu ke waktu. Masalahnya, apakah rumah dan mobil adalah aset? Rupanya bukan. Rumah dan mobil dihitung sebagai liability karena mereka masih mengeluarkan uang dalam jangka waktu tertentu untuk perawatan, pajak, penggunaan, dan sebagainya. Akan lebih tepat bila mereka ingin berbelanja aset, produk yang mereka beli adalah produk yang menguntungkan mereka seperti saham, reksa dana, properti, atau bahkan membeli bisnis. Ringkasnya begini asset will pay you, liability will cost you. Akan membeli produk apa itu tergantung pada tujuan keuangan anda berapa besarnya, bagaimana sifatnya, dan dalam jangka waktu berapa lama. Anda dapat membaca banyak artikel terkait di website ini supaya lebih memiliki pijakan pengetahuan yang kuat sebelum mengambil keputusan. Empat Kuadran Robert T. Kosiyaki Penulis buku ini juga membagi masyarakat kelas menengah menjadi empat kuadran, yaitu Employee, Self-Employee, Business Owner, dan Investor. Berikut gambar yang bisa menjelaskan di mana letak keempat bagian dari kuadran tersebutKuadran yang dibuat oleh penulis buku. Anda ingin berpindah kuadran? via Pada kuadran pertama ditemukan istilah Employee. Mereka yang masuk pada kuadran ini adalah para karyawan atau pekerja kantoran yang diberi upah oleh perusahaan. Ciri-ciri finansial yang dimiliki oleh mereka adalah pengeluaran yang hampir sebesar penghasilan. Mereka sangat tergantung pada keputusan-keputusan perusahaan, dan oleh karenanya biasanya tunduk pada peraturan yang ada supaya tetap memperoleh penghasilan. Kuadran kedua adalah Self-Employed. Di Indonesia pekerjaan ini sering disebut dengan pekerja lepas, meski kadang tidak selalu tepat digunakan. Profesi yang masuk dalam kuadran ini adalah dokter yang buka praktek sendiri, musisi, penulis, artis, dan sebagainya. Artinya hanya mereka yang memiliki keahlian khusus yang diperoleh baik dari bakat alami ataupun latihan dan pendidikan formal yang tekun dan panjang untuk bisa bekerja pada bidang itu. Kesimpulan awalnya adalah baik Employee maupun Self-Employed sama-sama tidak dibayar kalau dia tidak bekerja. Kuadran ketiga adalah Business Owner, atau pemilik bisnis. Dalam konteks ini bisnis yang dimaksud adalah bisnis yang sudah besar, yang memungkinkan seseorang bisa memiliki dan mengendalikan sistem bisnis tersebut sehingga dapat menambahkan kekayaan bagi diri mereka dari waktu ke waktu. Karena mereka sudah membentuk sistem, mereka bisa saja benar-benar jadi pemilik, alias mengontrol dari jauh saja. Di bawahnya nanti mereka bisa mempekerjakan orang-orang pandai dan terampil untuk menjalankan bisnis yang dia miliki. Kuadran keempat adalah Investor. Sama seperti sebelumnya, konteks yang dimaksud adalah mereka yang memiliki dana besar yang diinvestasikan pada sebuah perusahaan. Jadi investor ini benar-benar mereka yang mengandalkan hidupnya pada dana-dana modal yang dia investasikan pada bidang-bidang yang berpotensi memberikan return yang tinggi. Karena skalanya sudah termasuk besar, biasanya mereka berinvestasi pada perusahaan terbuka, pada properti berskala besar, ataupun pada bisnis perintis yang potensinya besar, misal investasi pada resort di pulau-pulau terluar yang indah di Indonesia. Kesimpulan berikutnya, Business Owner dan Investor memungkinkan diri mereka untuk tidak bekerja’ guna mencukupi kebutuhan finansial, atau bahkan justru mampu menambah kekayaan mereka dari waktu ke waktu. Menariknya dari kedua perbandingan ini adalah Kuadran satu dan dua menyumbang 90 persen dari populasi masyarakat menengah di dunia, tetapi hanya menyumbang 10 persen dari total kekayaan masyarakat menengah di dunia. Begitu juga sebaliknya, Business Owner dan Investor hanya menyumbang 10 persen dari populasi, tetapi kekayaan mereka menyumbang 90 persen dari total kekayaan yang ada. Luar biasa, bukan? Maka tidak salah kalau buku ini kemudian menginspirasi begitu banyak orang untuk berpindah kuadran. Lima Poin Penting Dari beberapa penjelasan di atas berikut, kami akan membagikan kepada anda lima poin penting yang disarikan dari beberapa ulasan mengenai buku ini. Berikut poin pentingnya Melek Finansial Sekarang Juga. Banyak yang menyarankan kepada kita untuk mengajarkan melek finansial kepada anak kita sedini mungkin. Barangkali memang betul demikian, tetapi harus dalam batas-batas tertentu saja, dan dengan metode yang tepat. Penelitian psikologi anak menyebutkan pada usia-usia tertentu otak anak baru bisa siap untuk diberi pengetahuan-pengetahuan tertentu soal finansial. Namun bukan itu poin pentingnya, yang penting adalah kapanpun anda memulai usaha untuk membuka kesadaran finansial anda, itu sudah awalan yang baik. Yang perlu dilakukan kemudian adalah jangan sampai berhenti pada melek saja, tetapi mulailah dengan melakukan aksi yang bisa membuat kemelekan finansial anda itu berarti. Minimal kita mengerti soal investasi, pengaturan rencana keuangan, dan sebagainya. Buatlah Uang Mengejar Anda. Seakan kata-kata ini adalah utopis, atau impian belaka yang tidak akan tercapai. Namun sebenarnya ini dapatlah dicapai melalui cara-cara bisnis yang sudah banyak dituliskan di situs ini. Robert T. Kiyosaki menuliskan hal ini sebagai kritikan dari kondisi di mana sebagian besar orang justru mengejar uang itu, padahal jumlahnya tidak seberapa. Maka cara yang dia usulkan agar uanglah yang berbalik mengejar anda adalah dengan membangun aset. Mulailah Membangun Bisnis Sendiri. Poin ini adalah kelanjutan dari poin sebelumnya, yaitu membuat uang mengejar anda. Salah satu cara untuk membangun aset adalah anda bisa terlebih dahulu membangun bisnis anda sendiri. Bisnis yang dibangun tidaklah harus langsung besar, bisa saja dimulai dari kecil. Tetapi jangan pernah lupakan untuk membangun aset anda supaya tujuan finansial anda bisa tercapai. Hal penting yang perlu kita sadari adalah jangan memulai bisnis dengan dorongan rasa benci menjadi karyawan, karena itu sangat tidak produktif. Awalilah bisnis dengan kesadaran bahwa membangun bisnis akan membuka peluang besar anda untuk melakukan hal-hal besar lainnya dalam hidup anda. Uang dan Peluang Diciptakan Orang Kaya. Masih ingat istilah ayah kaya yang disebutkan oleh penulis buku? Ya, ini adalah poin pentingnya. Hanya ayah kaya yang bisa menciptakan uang dan peluang bisnis. Dia berani mengambil risiko berdasarkan pengetahuan dan keberanian untuk memulai sebuah bisnis baru. Dia membuka peluang-peluang dari celah sempit yang ditemui. Sebaliknya, dia tidaklah menikmati kepatuhan terhadapa perusahaan, bekerja sangat keras dari pagi hingga malam untuk mendapatkan gaji yang tidak seberapa. Jadikan Belajar sebagai Proses dan Tujuan. Seringkali kita diarahkan untuk menjadikan uang dan kekayaan sebagai tujuan kita. Namun kali ini cobalah bergeser sedikit dengan menjadikan belajar sebagai tujuan. Tujuan kita adalah proses belajar itu sendiri. Kalau tujuan kita adalah uang, itu artinya uang masih belum mengejar kita. Maka poin penting yang perlu kita ambil pada bagian ini adalah teruslah belajar untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita; teruslah belajar untuk membuat wawasan itu menjadi uang; dan jangan lupa untuk membagikan wawasan itu kepada orang lain di sekitar kita. Nah, itu tadi beberapa hal yang bisa kita pelajari dari buku “Rich Dad, Poor Dad” yang ditulis Robert T. Kiyosaki. Jangan ragu untuk membeli bukunya di toko buku terdekat bila anda ingin membaca lebih jauh dan lebih detil mengenai apa yang dia bicarakan di buku yang sangat terkenal ini. Barangkali untuk anda yang telah membacanya, ada beberapa hal yang tidak sama dalam pembacaan. Namun itu bukanlah masalah, karena setiap orang menekankan hal yang berbeda sesuai pengalamannya. Yang penting adalah kita harus mampu menjawab pertanyaan ini mau jadi ayah miskin’ atau ayah kaya’? Daftar gratis di Olymp Trade
Resensi Buku Rich Dad Poor Dad – Rich Dad Poor Dad merupakan buku yang ditulis oleh seorang penulis, perencana finansial, investor, dan pengusaha asal Amerika Serikat, yakni Robert T. Kiyosaki. Buku ini memaparkan mengenai pentingnya peka akan keuangan atau finansial di masa kini. Buku ini wajib dan layak dijadikan referensi bacaan sebab akan mengarahkan kita agar mencapai pada kebebasan finansial. Buku ini cenderung mengarahkan pada para pembacanya untuk mengubah pola pikir dan menciptakan sebuah kesadaran akan pentingnya peka pada finansial di zaman yang semakin canggih ini, kemudian membangin aset sedini mungkin. Dengan demikian, Robert mengajak para pembacanya agar berani berinvestasikan untuk memperoleh pemasukan pasif. Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar mencapai pada kebebasan finansial. Berangkat dari hal tersebut, muncullah jargon Biarkan uang yang bekerja untuk Anda’. Rich Dad Poor Dad Rich Dad Poor Dad dimulai dari cerita pengalaman pribadi sang penulis, Robert dalam kerja kerasnya menjadi seorang yang kaya. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa ia merupakan seorang penguasa, investor, penulis, dan perencana keuangan. Dalam usahanya tersebut, kedua ayahnya berperang dengan sangat kuat dalam memengaruhi pola pikirnya dalam memandang sebuah uang. Robert memiliki dua orang ayah yang memiliki pola pikir dan latar belakang yang berbeda pula. Dalam buku ini, ayah pertama disebut sebagai Poor Dad–yang tidak lain merupakan ayah kandungnya. Poor Dad menyandang gelar dan bekerja di sebuah kantor pemerintahan. Akan tetapi, sayangnya mengalami kendala keuangan. Lain halnya dengan ayah kedua yang disapa Rich Dad, ia adalah ayah dari Mike–temannya Robert. Rich Dad tidak pernah menuntaskan pendidikan SMP, tetapi mempunyai usaha atau bisnis di bidang retail. Menariknya adalah kedua tokoh ayah ini mampu memvisualisasikan realitas yang terjadi di masyarakat. Rich Dad mewakilkan pola pikir orang kaya, sedangkan Poor Dad mengambil peran dari perspektif orang miskin dalam memandang uang. Rich Dad Poor Dad terbagi menjadi tiga bab, yakni pendahuluan, isi, dan penutup. Di bab pendahuluan, Robert membagi dua perspektif yang bertentangan akan masalah keuangan atau finansial. Ia memiliki dugaan ayah Mike yang bekerja sebagai seorang pengusaha menjadi Rich Dad, sementara ayahnya yang cerdas dianggap sebagai Poor Dad. Pembelajaran dari Rich Dad1. Orang Kaya bukan Bekerja untuk Memperoleh Uang2. Memberikan Pengajaran terkait Memahami Keuangan3. Belajar mengenai Literasi Finansial4. Cerdas dalam Menilik Peluang5. Sejarah Pajak dan Kekuatan Korporasi6. Orang Kaya Menghasilkan Uang7. Bekerja untuk Belajar8. Belajar mengenai MarketingMakna Mendalam pada Buku Rich Dad Poor DadBuku Best Seller NovelArtikel Terkait Rekomendasi Novel Pembelajaran dari Rich Dad Pada bagian isi, terdapat beberapa pelajaran penting yang dapat dijadikan sebagai bahan dasar untuk lebih memperluas pemikiran kalian selaku pembaca. Apa saja? Berikut uraiannya. 1. Orang Kaya bukan Bekerja untuk Memperoleh Uang Poor Dad menjelaskan bahwa Robert harus belajar dengan giat serta meraih nilai tinggi di sekolah agar mampu memperoleh pekerjaan yang bagus dan bermutu. Seperti inilah cara kerja berpikirnya ayah Robert, layaknya orang-orang pada umumnya. Bekerja guna mendapatkan sebuah uang. Dalam hal tersebut, Rich Dad menyetujui bahwa pendidikan itu sangatlah penting. Akan tetapi, hal yang lebih penting ialah bukan pada menghasilkan nilai tinggi, melainkan pelajaran yang didapatkan. Terdapat satu pelajaran krusial yang didapat dari ayah Mike, yaitu orang kaya tidak bekerja untuk memperoleh uang. Robert dan Mike meminta untuk diajarkan mengenai cara menjadi kaya oleh ayah Mike. Alhasil, Ayah dari Mike menyetujuinya, tetapi syaratnya mereka harus bekerja pada salah satu usaha milik ayah Mike dengan upah yang kecil. Singkat cerita, sesudah mereka bekerja selama kurang lebih 21 hari, Robert merasa kesal dan protes agar gaji atau upahnya dinaikkan. Namun, bukannya memperoleh kenaikan upah, ayah Mike justru memberikan tawaran pada Robert untuk tetap bekerja tanpa diupah sama sekali. Di situlah keduanya diuji dan belajar bekerja bukan untuk mendapatkan uang. Rich Dad tidak banyak mengoceh terkait literasi finansial dan cara memandang uang dalam kehidupan. Akan tetapi, membuat keduanya merasakan secara langsung rasa kehidupan’. Pada suatu waktu, Rich Dad melatih mereka terkait emosi dasar manusia ketika berhadapan dengan uan, yakni sebuah ketakutan dan bentuk serakah. Ketakutan akan melahirkan manusia bekerja sebab khawatir atau takut tidak mempunyai uang. Lalu, sesudah memperoleh uang, timbulnya perasaan serakah. Dari situ, manusia mulai membeli berbagai barang baru hingga akhirnya akan terperangkap dalam utang. Dalam hal ini disebut sebagai Rat Race. Mereka yang hendak menjadi orang kaya perlu menggunakan dan mengasah pola pikirnya untuk dapat mengendalikan kedua emosi tersebut. 2. Memberikan Pengajaran terkait Memahami Keuangan Di buku ini diberikan penjelasan terkait perbedaan antara liabilitas dan aset. Adapun contoh dari liabilitas, seperti pinjaman konsumsi, hipotek, tagihan debit card, dan lainnya. Sementara contoh dari aset, yaitu real estate yang disewakan, obligasi, berbagai buku, saham, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, pada buku ini dijelaskan pula, Robert mengajarkan terkait manajemen keuangan arus kas yang baik, seperti mengalokasikan penghasilan ke dalam aset. Second Chance Buku ini menjelaskan bagaimana Robert bisa memprediksi masa depan dengan tepat. Akan tetapi, hal yang lebih penting adalah bagaimana Anda bisa menjadi pemenang, bukan pecundang–dengan mengendalikan masa depan finansial Anda. 3. Belajar mengenai Literasi Finansial Robert menuangkan cerita mengenai beberapa orang kaya pada masanya yang bekerja memilukan, di antaranya terdapat direktur, CEO, spekulan pasar saham, dan sebagainya. Mereka merupakan beberapa orang yang mempunyai penghasilan yang terbilang luar biasa, tetapi sayangnya berakhir dengan sebuah utang, kecanduan dengan obat-obatan terlarang, bahkan ada pula yang bunuh diri. Sebenarnya, kita tentu kerap kali melihat beberapa artis atau public figure yang kaya, kemudian justru berakhir dengan tragis sebab boros pada keuangannya. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Hal itu karena mereka tidak mempunyai literasi finansial yang cukup baik. Literasi finansial merupakan sebuah pilar atau fondasi. Orang yang mempunyai banyak uang tanpa memahami literasi finansial secara mendalam dan kuat, akan bernasib layaknya sebuah gedung bertingkat tanpa adanya fondasi mendalam–akan hancur. Apabila kalian menginginkan menjadi seorang yang kaya, hal tepat yang dapat dilakukan, yaitu membuat sebuah fondasi mendalam. Rich Dad memaparkan mengenai prinsip sederhana untuk menjadi seseorang yang kaya, yakni mampu membedakan antara aset dan beban. Simpelnya, aset merupakan sesuatu yang memanifestasikan uang, sementara beban merupakan hal yang membutuhkan pengeluaran. Orang kaya akan membeli aset, sementara orang miskin hanya mempunyai beban pengeluaran, dan orang kelas menengah akan membeli beban yang disangkanya adalah sebuah aset. Menurut Rich Dad, rumah dikatakan sebagai beban, sementara bagi Poor Dad, rumah merupakan aset yang berharga. Walaupun harga rumah akan terus naik, tetapi rumah memerlukan tidak sedikit dana pengeluaran, seperti untuk pajak, perawatannya, dan lainnya. Oleh sebab itu, bagi Rich Dad, rumah dikatakan sebagai beban. Adapun aset merupakan sesuatu yang membuahkan uang tanpa membutuhkan pengeluaran secara berkala. Contohnya, bisnis yang berjalan sendiri, obligasi, saham, dan sebagainya. Setelah mampu membedakan antara aset dan beban, ada empat hal yang perlu dipahami supaya kecerdasan finansial berkembang, di antaranya ada akuntansi, pasar, investasi, dan hukum. 4. Cerdas dalam Menilik Peluang Beberapa orang tentu mengikut pemecahan persoalan kuno, yaitu kerja keras, meminjamkan uang, dan menabung. Di zaman yang pesat ini, penyelesaian seperti itu tampak tidak relevan lagi. Dalam hal ini, diperlukan peningkatan akan pengetahuan finansial sehingga dapat menilik beberapa peluang dan membuat keberuntungan diri sendiri. Pada buku Rich Dad Poor Dad, Robert membagikan kisah pengalamannya dalam menghasilkan uang melalui bisnis properti. Ia membeli rumah dengan harga murah, kemudian kembali menjualnya dengan harga yang cenderung lebih tinggi hanya dalam beberapa bulan. Ia mengerjakannya dikarenakan melihat peluang ketika krisis ekonomi. Tidak hanya bisnis properti, adapun contoh investasi pada sebuah perusahaan kecil yang diatur dengan baik sehingga menjadi perusahaan yang dikenal dan harga sahamnya pun naik drastis. Bagi sebagian orang yang mempunyai level kecerdasan finansial tinggi, akibatnya ialah bentuk dari ketidaktahuan akan suatu hal itu bekerja dan memanifestasikan uang. Dalam buku ini, apabila kita mampu memahami cara kerja pasar dalam menciptakan uang, risikonya pun akan semakin kecil. Robert pun memaparkan cara alami manusia dalam belajar, yakni dari sebuah kegagalan dan bangkit dari kegagalan itu. Apabila kita terus-menerus mengalami hal demikian, justru akan semakin terasah. Tidak sedikit orang yang merasa khawatir ketika mengalami sebuah kegagalan hingga akhirnya tidak memiliki keberanian dalam mencobanya. “Kegagalan menginspirasi kemenangan dan kegagalan mengalahkan pecundang.” 5. Sejarah Pajak dan Kekuatan Korporasi Pengetahuan merupakan kekuatan. Orang bisnis memiliki pengetahuan mengenai hukum perpajakan dan korporasi. Mereka melaksanakan pajak secara legal. Dengan demikian, mereka yang melancarkan bisnis condong membayar pajak lebih sedikit apabila dibandingkan dengan seseorang yang bekerja di suatu tempat. 6. Orang Kaya Menghasilkan Uang Orang kaya meluangkan waktunya untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan finansial mereka, sementara orang miskin dan menengah condong bekerja keras yang kelak mereka hendak membayar pajak lebih besar atau tinggi. Orang kaya mampu menghasilkan uang dengan cara menciptakan sebuah bisnis atau membeli aset yang nantinya hendak memberikan penghasilan stagnan. Hal tersebut yang tidak dilakukan oleh orang miskin dan menengah. 7. Bekerja untuk Belajar Orang kaya bekerja untuk belajar mengenai sistem perusahaan tersebut. Fokus utama untuk bekerja ialah ilmu yang didapatkan, kemudian direalisasikan untuk bisnisnya mendatang. Dengan pemikiran yang sedemikian ini, orang kaya akan berkembang menjadi seseorang yang lebih kaya lagi. 8. Belajar mengenai Marketing Di sebuah kesempatan, ada seorang penulis hebat yang mewawancarai Robert. Kemudian, penulis itu bertanya, bagaimana caranya agar Robert dapat menjual buku Rich Dad Poor Dad dengan sangat laris? Dari situ, Robert memberikan saran pada sang penulis itu untuk belajar mengenai pemasaran atau marketing. Akan tetapi, penulis tersebut justru merasa tersinggung dengan perkataan Robert. Penulis itu merasa bahwa tidak ada gunanya mempelajari pemasaran seperti itu yang mana kegiatan tersebut terkesan jauh dari kegiatan intelektual. Akan tetapi, buku yang terkenal diberikan label “Best-Selling Author” bukan “Best-Writing Author”. Dengan kata lain, tidak adanya membuat sebuah karya yang bisa dikatakan sempurna dan luar biasa apabila tidak ada seorangpun yang membaca karya tersebut. Robert dalam bukunya ini mengatakan bahwa tidak sedikit orang berbakat, tetapi diberikan upah dengan rendah sebab tidak mampu memasarkan bakat mereka. Tidak ada yang tahu mengenai bakat atau talenta mereka sehingga semua orang hanya berpaku di situ. Why the Rich are Getting Richer Sekitar 20 tahun lalu, Robert Kiyosaki menulis Rich Dad Poor Dad, buku pengelolaan keuangan pribadi nomor 1 sepanjang sejarah. Buku ini menantang dan mengubah cara pikir puluhan juta orang di seluruh dunia tentang uang. Dengan perspektifnya tentang uang dan investasi yang kerap bertentangan dengan pendapat umum, Robert mendapatkan reputasi internasional karena berbicara secara blak-blakan dan berani, serta menjadi penasihat tentang pendidikan keuangan yang sangat berdedikasi dan lantang menyampaikan pendapat. Makna Mendalam pada Buku Rich Dad Poor Dad Dalam buku ini, Robert Kiyosaki mengajarkan kepada pembacanya untuk melatih anak cucunya kelak, bahkan untuk dirinya sendiri agar cerdas dalam mengelola persoalan finansial. Kemudian, Robert juga menggarisbawahi bahwa orang kaya tidak bekerja hanya untuk uang, melainkan uang yang akan bekerja untuknya. Kerap kali kita sebagai manusia dengan segala kekurangan dan kebutuhan yang tidak ada batasnya ini, memilih untuk membatasi kecakapan otak dalam berpikir. Hal yang dilakukan oleh manusia itu justru memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang yang banyak, bukan memikirkan bagaimana agar memiliki banyak uang yang mampu bekerja untuk diri ini masing-masing. Dengan kondisi secara umum yang semakin tak menentu, memang sudah sewajarnya untuk peka akan finansial. Sebenarnya, bukan hanya peka, melainkan mampu memahami pokok-pokok dan membedakan antara aset dengan liabilitas. Dalam hal tersebut, Robert memaknai aset sebagai hal yang memasukkan uang ke dalam kantong. Intinya, aset bukanlah sekadar harta atau berbagai barang berharga. Akan tetapi, bagaimana hal tersebut mampu memberikan tambahan pemasukan untuk dirinya. Lalu, liabilitas kebalikan dari aset, yaitu sebagai hal yang mengeluarkan uang dari kantong atau saku. Barangkali penjelasan tersebut lebih terkesan sederhana sehingga mudah dipahami dengan baik. Bila dibandingkan dengan pengertian atau hakikat aset liabilitas yang pernah kalian baca melalui berbagai buku akuntansi. Selain itu, Robert Kiyosaki melalui bukunya ini pun mengajak pembacanya untuk mencoba berbisnis atau usaha sendiri. Setelah itu, usaha ataupun bisnis yang dibuatnya itu perlu dijalankan dengan ikhlas dan sepenuh hati, jangan hanya dijadikan sebagai usaha sampingan. Ia menyarankan pula para pembacanya untuk mencoba memulai sebuah investasi. Menariknya, Robert memberikan sebuah motivasi pada para pembacanya dengan sangat bebas, ia tidak memaksakan harus sesuai pilihannya. Kemudian, secara tidak langsung, Robert mendorong pembacanya agar berpikir dan berinvestasi yang sekiranya tepat dan pas untuk dikerjakan. Saran yang diberikan oleh Robert, yaitu pilihlah investasi sesuai dengan ranah yang kita sukai. Misalnya, apabila seseorang gemar menulis, orang tersebut dapat menginvestasikan kegemarannya itu ke bidang perbukuan atau kepenulisan. Dalam hal itu, tidak melulu investasi keuangan, tetapi ilmu dan pengetahuan pula. Itulah Resensi Buku Rich Dad Poor Dad. Apabila Grameds tertarik dan ingin memperluas pengetahuan terkait bidang apapun atau ingin mencari buku sebagai referensi bacaan, tentu kalian bisa temukan, beli, dan baca bukunya di dan Gramedia Digital karena Gramedia senantiasa menjadi SahabatTanpaBatas bagi kalian yang ingin menimba ilmu. Penulis Tasya Talitha Nur Aurellia Sumber dari berbagai sumber Rich Dad’s Cashflow Quadrant Best seller ini akan memperlihatkan mengapa beberapa orang bekerja lebih sedikit, tetapi menghasilkan lebih banyak dan lebih aman secara finansial daripada orang lain. Ini hanya masalah mengetahui dari kuadran mana Anda harus bekerja dan kapan. Apakah Anda masuk kuadran employee pegawai, self-employed pekerja lepas, business owner pemilik usaha, atau sebagai investor. Buku ini akan memberikan peta jalan menuju keberhasilan dan kebebasan finansial.
review buku rich dad poor dad